sign of butterfly


sifat koligatif larutan

Posted on Jumat, 11 Maret 2011 by maryphysics


~(‾⌣‾~) (~⌣‾)~~(⌣‾~) (~⌣‾)~


PERCOBAAN I

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

I. TUJUAN PERCOBAAN

       Tujuan percobaan praktikum ini adalah untuk memahami pengaruh keberadaan suatu zat terlarut terhadap sifat fisis larutan, dan menggunakan penurunan titik didih suatu larutan untuk menentukan massa molekul relatif dari zat terlarut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
       Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi (Anonim1. 2010).
Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam cairan, seperti garam atau gula dilarutkan dalam air. Gas juga dapat pula dilarutkan dalam cairan, misalnya karbon dioksida atau oksigen dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan lain, sementara gas larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi (campuran logam) dan mineral tertentu (Anonim1. 2010).
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi) (Syukri, 1999).
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut). Hukum Roult merupakan dasar dari sifat koligatif larutan. Keempat sifat itu ialah: (Syukri, 1999)
  1. Penurunan tekanan uap relatif terhadap tekanan uap pelarut murni.
  2. Peningkatan titik didih
  3. Penurunan titik beku
  4. Gejala tekanan osmotik.
Sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadai dua macam, yaitu sifat larutan nonelektrolit dan elektrolit.  Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan elektrolit bertambah jumlahnya karena terurai menjadi ion-ion, sedangkan zat terlarut pada larutan nonelektrolit jumlahnya tetap karena tidak terurai menjadi ion-ion, sesuai dengan hal-hal  tersebut maka sifat koligatif  larutan nonelektrolit lebih rendah daripada sifat koligatif larutan elektrolit. Larutan merupakan suatu campuran yang homogen dan dapat berwujud padatan,  maupun cairan. Akan tetapi larutan yang paling umum dijumpai adalah larutan cair, dimana suatu zat tertentu dilarutkan dalam pelarut berwujud cairan yang sesuai hingga konsentrasi tertentu.(Anonim1. 2010)
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat larutan itu sendiri. Namun sebelum itu kita harus mengetahui hal- hal berikut:
Molar, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfimAcnyYdi4CdsYs3g_0NE_4-Gg3J84ToxeHuDeBQhJb00QeEQCRgItygd9FrffPqXUAEYVUImQr-9rKB2IhIeR4sjzc8_2CyyMA16hMLh55sSTDYS5Fs16OtDBD_HOfr4AnJgteptNud/s200/molar.JPG
Molal, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg larutan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAQNbC2okEyBuj1P-N6ELqBQVCuEla1SoWciXTts5RrqUisq9fJJ_m1EldxKDyFqVf3qcJWmPs3YsSM-sK5WWxUR3WnRn968bk3QRWrWfuaF58ZMFszvnfEiDUTUaxwWvwmXJ9sl0iXcCI/s200/molal.JPG
Fraksi mol, yaitu perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol zat pelarut dan zat terlarut :

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiU7myCxNguVHRWjU0C8w4uZgtG8vD1Se7HVn6VYbLJIhHhjdMLAW-54C9-DZ9ILsHMsQw-4P90vnhRoexpihLW-eS7T9G2auj4EmzOlD42ZdXxEFdnbwQNRedsktNErHEaRV80pjWe5NAi/s200/fraksi+mol.JPG
(Anonim1. 2010)
Penurunan Tekanan Uap
Proses penguapan adalah perubahan suatu wujud zat  dari cair menjadi gas. Ada kecenderungan bahwa suatu zat cair akan mengalami penguapan. Kecepatan penguapan dari setiap zat cair tidak sama, tetapi pada umumnya cairan akan semakin mudah menguap jika suhunya semakin tinggi(Anonim1. 2010)
Penurunan tekanan uap adalah kecenderungan molekul-molekul cairan untuk melepaskan diri dari molekul-molekul cairan di sekitarnya dan menjadi uap. Jika ke dalam cairan dimasukkan suatu zat terlarut yang sukar menguap dan membentuk suatu larutan, maka hanya sebagian pelarut saja yang menguap, karene sebagian yang lain penguapannya dihalangi oleh zat terlarut. Besarnya penurunan ini di selidiki oleh Raoult lalu dirumuskan sebagai berikut :
 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMMpQNPUkywmUUJcEMxRTsJSXF77bxSfF9ow4fO83_Te0MtXdy5ehtE4gqeGOkUg50NMqAvUjEqqyuS8c7ygLNm7Nhi9HYWdz77_g9gNE9TVQ2Cq_pDce1WHZUv1hBkmdw3VAD4PgqKmR9/s320/tekananuap.JPG(Anonim1. 2010)
Banyak sedikitnya uap diatas permukaan cairan diukur berdasarkan tekanan uap cairan tersebut. Semakin tinggi suhu cairan semakin banyak uap yang berada diatas permukaan cairan dan berarti tekanan uapnya semakin tinggi. Jumlah uap diatas permukaan akan mencapai suatu kejenuhan pada tekanan tertentu, sebab bila tekanan uap sudah jenuh akan terjadi pengembunan, tekanan uap ini disebut tekanan uap jenuh(Syukri, 1999).
Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi penurunan tekanan uap. Pada suhu 20 C tekanan uap air jenuh  diatas permukaan air adalah 17,53 mmHg. Besarnya penurunan tekanan uap air akibat adanya zat terlarut disebut penurunan tekanan uap larutan (Syukri, 1999).
Sejak tahun 1887 – 1888 Francois Mario Roult telah mempelajari hubungan antara tekanan uap dan konsentrasi zat terlarut, dan mendapatkan suatu kesimpulan bahwa besarnya tekanan uap larutan sebanding dengan fraksi mol pelarut dan tekanan uap dari pelarut murninya. Penurunan tekanan uap menurut hukum Roult, tekanan uap salah satu cairan dalam ruang di atas larutan ideal bergantung pada fraksi mol cairan tersebut dalam larutan PA  = XA  .  PAo. Dari hukum Roult ternyata tekanan uap pelarut murni lebih besar daripada tekanan uap pelarut dalam larutan. Jadi penurunan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut (Syukri, 1999).
P = Po . X ­­­­­­­­p­­­­­­­­­elarut
P  = tekanan uap larutan
X = fraksi mol
P  = tekanan uap pelarut murni
Terjadinya penurunan tekanan uap larutan disebabkan oleh adanya zat terlarut. Untuk menentukan seberapa besar pengaruh jumlah partikel zat terlarut terhadap penurunan tekanan uap dapat dituliskan:
P = Po – P

Karena X1 = 1-X2 untuk larutan yang terdiri atas dua komponen, maka hukum Roult dapat ditulis:
P larutan = X pelarut . P pelarut
(Hardjono, 2001).
Jadi, perubahan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut. Tanda negatif menyiratkan penurunan tekanan uap. Tekanan uap selalu lebih rendah diatas larutan encer dibandingkan diatas pelarut murninya. (Syukri, 1999).

Peningkatan Titik Didih
Sifat yang berikutnya adalah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku. Titik didih larutan selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut. hal sebaliknya berlaku pada titik beku larutan yang lebih rendah dibandingkan pelarut. Sifat ini dirumuskan sebagai berikut :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKzPzPxtzsgbRzyXvluCUlzu_yx9uwabkZVNMdxnUiGPeWIUpYqngFye6lBRZqBGUB44wTqZL28LhCRNJD6JbbVyQUiIvlQL57F889t4-rpcPf3ifDAtlA-d4O4_8ikNmW-QEtbuHJOUn5/s320/titik+didih.JPG( Anonim1. 2010)
Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin banyak zat cair yang menguap. Pada suhu tertentu jumlah uap diatas permukaan zat cair akan menimbulkan tekanan uap yang sama dengan tekanan udara luar. Keadaan saat tekanan uap zat cair diatas permukaan zat cair tersebut sama dengan tekanan udara disekitarnya disebut mendidih dan suhu ketika tekanan uap diatas pemukaan cairan sama dengan tekanan uap luar disebut titik didih. Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi kenaikan titik didih dari larutan tersebut (Oxtoby, 2001).
Titik didih air murni pada tekanan 1 atm adalah 100 C. Hal itu berarti tekanan uap air murni akan mencapai 1 atm ( sama dengan tekanan udara luar) pada saat air dipanaskan sampai 100 C. Dengan demikian bila tekanan udara luar kurang dari 1 atm (misalnya dipuncak gunung) maka titik didih air kurang dari 100 C. (Oxtoby, 2001).
Bila kedalam air murni dilarutkan suatu zat yang sukar menguap, maka pada suhu 100 C tekanan uap air belum mencapai 1 atm dan berarti air itu belum mendidih. Untuk dapat mendidih ( tekanan uap air mencapai 1 atm) maka diperlukan suhu yang lebih tinggi. Besarnya kenaikan suhu itulah yang disebut kenaikan titik didih (Oxtoby, 2001).
Menurut hukum Roult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding dengan hasil kali molalitas larutan (m) dan kenaikan titik didih molalnya (Kb). Dapat dirumuskan sebagai:
                                             Δ Tb = Kb . m
Jika
M = n x 1000
                              P
Maka rumus diatas dapat dinyatakan sebagai berikut:

Tb = Kb ( n x 1000 )
                                                          p
  Tb         = besar penurunan titik beku
  Kb        = konstanta kenaikan titik didih
  m        = molalitas dari zat terlarut
   n        = jumlah mol zat terlarut
   p        = massa pelarut                 (Oxtoby, 2001)
Harga Kb bervariasi untuk masing-masing pelarut. Kb diperoleh dengan mengukur kenaikan titik didih dari larutan encer yang molalitasnya diketahui (artinya, mengandung zat terlarut yang diketahui jumlah dan massa molalnya).  Titik didih larutan merupakan titik didih pelarut murni ditambah dengan kenaikan titik didihnya atau Tb = Tb +   Tb (Oxtoby, 2001).

Penurunan titik Beku
Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan sehingga jarak antar partikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya tarik menarik antar molekul yang sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat terlarut akan menghasilkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang, akibatnya untuk mendekatkan jarak antar molekul diperlukan suhu yang lebih rendah. Perbedaan suhu adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan titik beku. Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi penurunan titik beku larutan tersebut (Kusmawati, 1999).
Seperti halnya kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan sebanding dengan hasil kali molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik beku pelarut (Kf) dinyatakan dengan persamaan:
ΔTf = Kf . m
Tf = Kf ( n x 1000  )
      p
 Tf     = penurunan titik beku
 Kf     = tetapan ttitik beku molal
  n     = jumlah mol zat terlarut
  p     = massa pelarut                    (Oxtoby, 2001)
Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan penurunan titik bekunya. Pengukuran penurunan titik beku, seperti halnya peningkatan titik didih, dapat digunakan untuk menentukan massa molar zat yang tidak diketahui. (Anonim1. 2010)
Gejala penurunan titik beku analog dengan peningkatan titik didih. Di sini kita hanya mempertimbangan kasus jika padatan pertama yang mengkristalkan dari larutan adalah pelarut murni. Jika zat terlarut mengkristal bersama pelarut, maka situasinya akan lebih rumit. Pelarut padat murni berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut, sebagimana ditentukan oleh suhunya. Pelarut dalam larutan demikian pula, berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut. Jika pelarut padat dan pelarut dalam larutan berada bersama-sama, mereka harus memiliki tekanan uap yang sama. Ini berarti bahwa suhu beku larutan dapat diidentifikasi sebagi suhu ketika kurva tekanan uap pelarut padat murninya berpotongan dengan kurva larutan. Jika zat terlarut ditambahkan ke dalam larutan, tekanan uap pelarut turun dan titik beku, yaitu suhu ketika kristal pertama pelarut murni mulai muncul, turun. Selisih  dengan demikian bertanda negatif dan penurunan titik beku dapat diamati (Oxtoby, 2001).

 Tekanan Osmotik
Sifat koligatif keempat terutama penting dalam biologi sel, sebab peranannya penting dalam trasfor molekul melalui membran sel. Membran ini disebut semipermiabel, yang membiarkan molekul kecil lewat tetapi menahan molekul besar seperti protein dan karbohidrat. Membran semi permiabel dapat memisahkan molekul pelarut kecil dari molekul zat terlarut yang besar. Peristiwa bergeraknya partikel (molekul atau ion) melalui dinding semipermeabel disebut osmotik. Tekanan yang ditimbulkan akibat dari tekanan osmotik disebut tekanan osmotik. Besar tekanan osmotik diukur dengan alat osmometer, dengan memberikan beban pada kenaikan permukaan larutan menjadi sejajar pada permukaan sebelumnya (Hardjono, 2001).
Osmosis atau tekanan osmotik adalah proses berpindahnya zat cair dari larutan hipotonis ke larutan hipertonis melalui membran semipermiabel. Osmosis dapat dihentikan jika diberi tekanan, tekanan yang diberikan inilah yang disebut tekanan osmotik. Tekanan osmotik dirumuskan :
Berdasarkan persamaan gas ideal:
PV = nRT
Maka tekanannya
P = nRT
      V
Jika tekanan osmotik larutan dilambangkan dengan π, dari persamaan diatas dapat diperoleh:
π = nRT
           V
atau
                     π = M R T       (Hardjono,2001).       
Untuk larutan elektrolit ditemukan penyimpangan oleh Vanit Hoff. Penyimpangan ini terjadi karena larutan elektrolit terdisosiasi di dalam air menjadi ion, sehingga zat terlarut jumlahnya menjadi berlipat. Dari sini dibutuhkan faktor pengali atau lumrah disebut faktor Vanit Hoff. Dirumuskan sebagai berikut :

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilkkZHxAUIsJNEUtWRlwhjj6uFu3WaApvSgXXqqM35kkH5RF-VTIcPwWxQoG25P3ztxbMgp1eLLuFYlTQ8NtKvApohI0LKwayG99W60VukLKelo6s0sSzknFEzqBvQDqIrpSC98znCHE3A/s320/faktor.bmp

π   = tekanan osmotik
M = konsentrasi molar
R   = tetapan gas ideal (0,082 L atm K   mol  )
T    = suhu mutlak (K)       (Anonim1. 2010)
Tetapan titik beku molal (Kf)


Pelarut
Titik beku (oC)
Kf (oC)
Air
Benzena
Fenol
Naftalena
Asam asetat
Kamfer
Nitrobenzena
0
5,4
39
80
16,5
180
5,6
1,86
5,1
7,3
7
3,82
40
6,9
( Hardjono, 2001)
Partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit (Hardjono, 2001).

III. ALAT DAN BAHAN

A.    Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi besar, gelas beker besar (500 atau 1000 mL), pengaduk gelas, gelas ukur, neraca analitik, temometer.
B.     Bahan
        Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sikloheksana, larutan contoh, es batu.

IV. PROSEDUR KERJA

A.  Penentuan titik beku pelarut
1.        Dikeringkan semua peralatan gelas yang akan digunakan menggunakan kain atau kertas tisu.
2.    Tabung reaksi kosong ditimbang dengan neraca analitik dan dicatat.
3.        Di isi tabung reaksi dengan 10 mL pelarut (sikloheksana). Di timbang kembali berat tabung reaksi yang telah berisi sikoheksena. Ditutup tabung reaksi dengan menggunakan sumbat.
4.        Di isi gelas beker besar dengan es batu, hingga ketinggian es batu kira – kira lebih tinggi dibandingkan tinggi larutan dalam tabung reaksi.
5.      Dimasukkan termometer dan pengaduk gelas ke dalam tabung reaksi berisi sikloheksena. Jika memungkinkan, tutup tabung reaksi dengan sumbat yang memiliki lubang.
6.      Dimasukkan tabung reaksi ke dalam gelas beker. Suhu awalnya diukur dengan termometer sebelum tabung reaksi dimasukkan.
7.      Diaduk perlahan sikloheksena dalam tabung dengan menggunakan pengaduk gelas.
8.      Diamati perubahan suhu yang terjadi dan dicatat suhu setiap 10 detik.
9.      Dilakukan pengamatan selama 8 menit.
B.     Penentuan titik beku larutan contoh
1.      Dikeringkan semua peralatan gelas yang akan digunakan menggunakan kain atau kertas tisu.
2.      Tabung reaksi kosong ditimbang dengan neraca analitik dan dicatat.
3.      Di isi tabung reaksi dengan 10 mL larutan contoh ( naftalena ). Di timbang kembali berat tabung reaksi yang telah berisi larutan contoh. Ditutup tabung reaksi dengan menggunakan sumbat.
4.      Di isi gelas beker besar dengan es batu, hingga ketinggian es batu kira–kira lebih tinggi dibandingkan tinggi larutan dalam tabung reaksi.
5.      Dimasukkan termometer dan pengaduk gelas ke dalam tabung reaksi berisi larutan contoh. Jika memungkinkan, tutup tabung reaksi dengan sumbat yang memiliki lubang.
6.      Dimasukkan tabung reaksi ke dalam gelas beker. Suhu awalnya diukur dengan termometer sebelum tabung reaksi dimasukkan.
7.      Di aduk perlahan larutan contoh dalam tabung dengan menggunakan pengaduk gelas.
8.      Diamati perubahan suhu yang terjadi dan di catat suhu setiap 10 detik.
9.      Dilakukan pengamatan selama 8 menit.




Susunan alat percobaan :






C.     Gambar 4.1 Susunan Alat Percobaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil dan Perhitungan
1. Hasil
a.   Penentuan Titik Beku Pelarut
Massa tabung kosong                          : 55,34 gram
Volume pelarut murni                         : 10 mL
Massa tabung reaksi + larutan : 62,87 gram
Massa pelarut murni                            : 7,53 gram
Data hasil pengamatan suhu sikloheksana dalam percobaan 3
t(detik)
T(oC)
t(detik)
T(oC)
t(detik)
T(oC)
t(detik)
T(oC)
0
30
130
5
250
4,8
370
3,9
10
11
140
5
260
4,8
380
3,9
20
9
150
5
270
4,8
390
3,9
30
8
160
5
280
4,7
400
3,8
40
7
170
5
290
4,7
410
3,8
50
6
180
5
300
4,6
420
3,8
60
6
190
4,9
310
4,5
430
3,5
70
6
200
4,9
320
4,4
440
3
80
5,9
210
4,9
330
4,2
450
3
90
5,5
220
4,9
340
4,2
460
2,8
100
5,3
230
4,9
350
4
470
2,5
120
5
240
4,8
360
4
480
2,5

b. Penentuan Titik Beku Larutan Contoh
Massa tabung reaksi                            : 55,34 gram
Volume larutan contoh                       : 10 mL
Massa tabung reaksi+larutan               : 63,03 gram
Massa larutan contoh                          : 7,69 gram
Data hasil pengamatan suhu larutan contoh
t(detik)
T(oC)
t(detik)
T(oC)
t(detik)
T(oC)
t(detik)
T(oC)
0
27
130
3
250
0,5
370
0
10
26
140
2,5
260
0
380
0
20
23
150
2
270
0
390
0
30
19
160
2
280
0
400
0
40
16
170
1,5
290
0
410
0
50
13
180
1
300
0
420
0
60
11
190
1
310
0
430
0
70
9
200
1
320
0
440
-1
80
7
210
1
330
0
450
-1
90
6
220
1
340
0
460
-1
100
5
230
0,5
350
0
470
-1
120
3,5
240
0,5
360
0
480
-1


Grafik perbandingan penurunan titik beku larutan sikloheksana dan larutan contoh
2. Perhitungan
Sikloheksana
y1 = -0,037x + 11,29
y2 = -0,009x + 7,495      -
 0 = -0,028x + 3,795
0,028x = 3,795
 x =  135,535
 y = 6,275
larutan contoh :
y3 = -0,101x + 19,87
y4 = -0,004x + 1,502      -
 0 = -0,097x + 18,368
0,097x = 18,368
          x = 189,361
          y= 0,745

Penentuan massa molekul relatif (Mr)
Dik:     Massa larutan sikloheksana = (g tabung reaksi + sikloheksana) –                
                                         (g tabung reaksi kosong)
                                        = 62,87 – 55,34
          = 7,53

Massa Larutan contoh             = (g tabung reaksi + larutan contoh) –                
    (g tabung reaksi kosong)
= 63,03 – 55,34 g
                             =7,69 g
∆ Tf                                         =  ysikloheksana – ycontoh
                                                                =  6,275 - 0,745
                             = 5, 53oC        
Kf sikloheksana                       = 20,0 0C/molal
Tf sikloheksana                        =  6,2750C
Tf larutan contoh                     = 0,7450C
Δ Tf                                                       = 5,53 0C

g solute                                    = g larutan contoh - g sikloheksana
                        =  7,69 g – 7,53 g
                                       = 0,16  g         
Ditanya                      :  Mr  zat terlarut dalam larutan contoh?
Jawab                        : 
∆Tf                       =  grsolute     x   1000
                                Mrsolute         mpelarut

5,53                    = 0,16        x  1000      x   Kf
                               Mrsolute            7,53
5,53x7,53           =    3200          x   20
                                 Mrsolute
Mrsolute                = 3200/41,64
 = 76,84 gram/mol

 B. Pembahasan
        Larutan merupakan suatu campuran yang homogen, dan dapat berwujud padatan, maupun cairan. Sifat kimia dari suatu zat relatif hanya sedikit terpengaruh melalui pembentukan larutan. Akan tetapi beberapa sifat fisis dari suatu zat dapat mengalami perubahan melalui pembentukan larutan. Jika ke dalam suatu zat cair dilarutkan suatu zat tertentu, maka beberapa sifat dari zat cair tersebut akan mengalami perubahan, antara lain penurunan titik uap, kenaikan titik didih, dan penurunan titik beku. Sifat semacam ini disebut sebagai sifat koligatif larutan.
Sifat koligatif adalah sifat yang disebabkan oleh kebersamaan jumlah partikel dan bukan ukurannya. Larutan yang terlalu pekat mempunyai ion yang terlalu rapat dan berdesakkan sehingga ion sulit bergerak dalam larutan, sedangkan larutan yang sangat encer mengandung ion yang sangat sedikit dan jarang, sehingga ion mudah bergerak dalam larutan.
Dari percobaan sifat koligatif larutan yang dilakukan. Diujicobakan dua larutan, yaitu larutan sikloheksana dan larutan contoh. Dua larutan ini dicari titik bekunya dengan prosedur kerja yang telah ditentukan.
A.                Menentukan Titik Beku Pelarut (Sikloheksana)
Pada praktikum yang telah kami lakukan, kami mengukur titik beku pelarut dan larutan serta menentukan massa molar. Pada larutan sikloheksana, suhu awalnya adalah 30o C, kemudian mengalami penurunan suhu pada 10 detik pertama dan seterusnya hingga mencapai nilai kestabilan atau konstan yaitu sebesar 2,5o C pada menit terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa titik beku dari larutan sikloheksan adalah 2,5o C karena tidak mengalami penambahan dan penurunan suhu lagi.
B.                 Menentukan Titik Beku Larutan Contoh
Sedangkan pada larutan contoh, suhu awalnya adalah 27o C. Suhu larutan ini mencapai suhu 0oC pada saat detik ke-280, sampai detik ke-430, kemudian suhu turun lagi setelah detik 430 menjadi -1oC dan tetap begitu seterusnya sampai pengamatan selesai yakni di detik ke-480. Dari sini dapat kita peroleh bahwa titik beku larutan contoh adalah -1oC.  
Jika penurunan titik beku dan massa diketahui, maka dapat diketahui Mr dari larutan contoh. Penurunan titik beku didapatkan dari selisih antara titik beku larutan contoh dan titik beku pelarut yang dimutlakkan nilainya agar tidak bernilai negatif. Titik beku larutan contoh dan titik beku pelarut dalam hal ini adalah sikloheksana yang didapatkan dari grafik. Penurunan titik beku yang didapatkan adalah sebesar oC, sehingga didapatkan Mr larutan contoh yaitu   gr/mol.
Dari percobaan di atas dapat kita ketahui bahwa dalam mendapatkan titik beku dari grafik, yaitu dengan membuat grafik dari hasil percobaan sehingga suhu konstan pada masing-masing larutan akan ditarik garis lurus seperti pada grafik yang menunjukkan titik beku kedua larutan. Disini dapat dilihat bahwa titik beku larutan contoh lebih rendah dari titik beku pelarut. Perbedaan titik beku antara kedua larutan itu disebut penurunan titik beku.
Dari seluruh data penurunan titik beku larutan di atas, terbukti bahwa setiap adanya penambahan jumlah zat terlarut akan bertambah juga penurunan titik bekunya. Perbedaan ini terjadi karena suhu pendinginan yang tidak konstan. Hal ini dikarenakan ketika termometer ditarik ke atas / keluar dari tabung reaksi untuk mengetahui suhu larutan maka suhunya telah terpengaruh oleh suhu luar. Dalam percobaan ditemukan bahwa penurunan titik beku sebanding dengan molaritas dari zat terlarut dalam larutan. Hal ini dapat dilihat dari data hasil percobaan.
        Penurunan titik beku dan kenaikan titik didih larutan dibandingkan dengan pelarut murni berbeda, dikarenakan keberadaan suatu zat  non volatil dalam pelarut akan menyebabkan terjadinya penurunan kecenderungan zat pelarut tersebut untuk berubah fase uapnya. Akibatnya tekanan uap pelarut dalam larutan tersebut menjadi lebih rendah dibandingkan tekanan uap pelarut yang sama dalam keadaan murni.


VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini adalah :
1.        Sifat koligatif larutan dipengaruhi oleh konsentrasi zat terlarut.
2.        Macam sifat koligatif larutan : penurunan titik beku, kenaikan titik didih, penurunan tekanan uap, dan tekanan osmotik.
3.        Menentukan massa molekul relatif suatu zat terlarut melalui rumus sifat koligatif larutan. Dan didapatlah Mr larutan contoh 76,84 gram/mol
4.        Titik beku larutan contoh lebih rendah dari pada larutan sikloheksana yakni pada larutan contoh titik bekunya adalah -1oC dan titik beku larutan sikloheksana adalah 2,5oC.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. Sifat-koligatif-larutan.
            http://www.wikipedia.org/wiki/sifat-koligatif-larutan/
            diakses pada 23 oktober 2010
Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
Kusmawati, T. M, dkk. 1999. Sains Kimia. Bumi Aksara: Jakarta.
Oxtoby david w, dkk . 2001. Prinsip- Prinsip Kimia Modern. Erlangga: Surabaya.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar I. ITB : Bandung.

0 Responses to "sifat koligatif larutan":